Senin, 26 Desember 2011

Teori Belajar Sibernetik


PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah                       
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru di bandingkan dengan teori-teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi.
Teaching as organising students activity” berikut pernyataan Ramsden (dalam Arqam: 2010). Pernyataan ini adalah satu di antara 3 konsep teori mengajar dan praktik mengajar yang diyakini, bahwa mengajar pada dasarnya mengorganisasikan kegiatan peserta didik dalam melakukan serangkaian aktifitas yang melahirkan pengalaman belajar. Mengajar dipandang sebagai proses supervisi dengan sejumlah teknik tertentu sehingga peserta didik dapat belajar dengan optimal seperti yang diharapkan.
 Secara eksistensial, persoalan pendidikan dan manusia bagaikan hubungan antara jiwa dan raga manusia. Jika jiwa berpotensi menggerakan raga manusia, maka kehidupan manusiapun digerakan oleh pendidikan ke arah pencapaian tujuan akhir.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian belajar menurut aliran sibernetik?
2.      Bagaimanakah pendapat para tokoh tentang aliran sibernetik?
3.      Bagaimana aplikasi aliran sibernetik dalam suatu pembelajaran?
4.      Apakah kelebihan dan kelemahan aliran sibernetik?
5.      Bagaimana perbandingan antara aliran sibernetik, behavioristik, kognitif, dan humanistik?
6.      Apa saja model pembelajaran yang sesuai dengan aliran sibernetik?
C.    Tujuan
1.      Mengetahui pengertian belajar menurut aliran sibernetik.
2.      Mengetahui pendapat para tokoh mengenai aliran sibernetik.
3.      Mengetahui aplikasi aliran sibernetik dalam pembelajaran.
4.      Mengetahui kelebihan dan kelemahan aliran sibernetik.
5.      Mengetahui perbandingan antara aliran sibernetik, behavioristik, kognitif, dan humanistik.
6.      Mengetahui model-model pembelajaran yang sesuai dengan aliran sibernetik.
















BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Belajar Menurut Aliran Sibernetik
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan dengan teori-teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Seolah-olah teori ini mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu mementingkan proses belajar daripada hasil belajar. Proses belajar memang penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa (Budiningsih, 2008: 81).
Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi. Sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama mungkin akan dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.
Hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi. Proses pengolahan informasi adalah sebuah pendekatan dalam belajar yang mengutamakan berfungsinya memory. Model proses pengolahan informasi memandang memori manusia seperti komputer yang mengambil atau mendapatkan informasi, mengelola dan mengubahnya dalam bentuk dan isi, kemudian menyimpannya dan menampilkan kembali informasi pada saat dibutuhkan.
Dalam upaya menjelaskan bagaimana suatu informasi (pesan pengajaran) diterima, disandi, disimpan, dan dimunculkan kembali dari ingatan serta dimanfaatkan jika diperlukan, telah dikembangkan sejumlah teori dan model pemrosesan informasi oleh Snowman (1986); Baine (1986); dan Tennyson (1989). Teori-teori tersebut umumnya berpijak pada asumsi:
a.       Bahwa antara stimulus dan respon terdapat suatu seri tahapan pemrosesan informasi dimana pada masing-masing tahapan dibutuhkan waktu tertentu.
b.      Stimulus yang diproses melalui tahapan-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk ataupun isinya.
c.       Salah satu dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas (Budiningsih, 2005: 82)
dari ketiga asumsi tersebut, dikembangkan teori tentang komponen struktural dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol) antara lain:
a)      Sensory Receptor (SR)
Sensory Receptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Didalam SR informasi ditangkap dalam bentuk asli, informasi hanya dapat bertahan dalam waktu yang sangat singkat, dan informasi tadi mudah terganggu atau berganti.
b)      Working Memory (WM)
Working Memory(WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberikan perhatian (attention) oleh individu. Pemberian perhatian ini dipengaruhi oleh peran persepsi. Karakter WM adalah bahwa:
1) Ia memiliki kapasitas yang terbatas, lebih kurang 7 slots. Informasi didalamnya hanya mampu bertahan kurang lebih 15 detik apabila tanpa pengulangan.
2) Informasi dapat disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya.
c)      Long Term Memory (LTM)
Long Term Memory (LTM) diasumsikan: 1) berisi semua pengetahuan yang telah dimiliki oleh individu, 2) mempunyai kapasitas tidak terbatas, dan 3) bahwa sekali informasi disimpan dalam LTM ia tidak akan pernah terhapus atau hilang. Persoalan “lupa” pada tahapan ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan memunculkan kembali informasi yang diperlukan. Ini berarti, jika informasi ditata dengan baik maka akan memudahkan proses penelusuran dan pemunculan kembali informasi jika diperlukan. Dikemukakan oleh Howard (1983) bahwa informasi disimpan didalam LTM dalam dalam bentuk prototipe, yaitu suatu struktur representasi pengetahuan yang telah dimiliki yang berfungsi sebagai kerangka untuk mengkaitkan  pengetahuan baru. Dengan ungkapan lain, Tennyson (1989) mengemukakan bahwa proses penyimpanan informasi merupakan proses mengasimilasikan pengetahuan baru pada pengetahuan yang dimiliki, yang selanjutnya berfungsi sebagai dasar pengetahuan (Budiningsih, 2005: 84).

jika digambarkan adalah sebagai berikut;






Model lain dapat digambarkan sebagai berikut;






Menurut Ausubel (dalam Budiningsih, 2005:84) sejalan dengan teori pemrosesan informasi, perolehan pengetahuan baru merupakan fungsi struktur kognitif yang telah dimiliki individu. Reigeluth dan Stein juga mengatakan bahwa pengetahuan ditata didalam struktur kognitif secara hirarkis. Ini berarti, pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang diperoleh lebih dulu oleh individu dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru yang lebih rinci.
B.     Teori Belajar Menurut Beberapa Tokoh Aliran Sibernetik

1.      Teori Belajar Menurut Landa
Landa membedakan dua macam proses berfikir, yaitu proses berfikir algoritmik dan proses berfikir heuristik.
a.       Proses berfikir algoritmik, yaitu proses berfikir yang sistematis, tahap demi tahap, linier, konvergen, lurus menuju kesatu tujuan tertentu.
b.      Proses berfikir heuristik, yaitu cara berfikir devergen, menuju kebeberapa target tujuan  sekaligus (Budiningsih, 2005: 87).
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak di pecahkan diketahui ciri-cirinya. Materi pelajaran tertentu akan lebih tepat disajikan dalam urutan yang teratur, linier, sekuensial, sedangkan materi pelajaran lainnya akan lebih tepat bila disajikan dalam bentuk “terbuka” dan memberi kebebasan kepada siswa untuk berimajenasi dan berfikir.
Misalnya, agar siswa mampu memahami suatu rumus matematika, mungkin akan lebih efektif jika presentasi informasi tentang rumus tersebut disajikan secara algoritmik. Alasannya, karena suatu rumus matematika biasanya mengikuti aturan tahap demi tahap yang sudah teratur dan mengarah ke satu target tertentu. Namun untuk memahami makna suatu konsep yang lebih luas dan banyak mengandung intrepetasi, misalnya konsep keadilan atau demokrasi, akan lebih baik jika proses berfikir siswa dibimbing kearah  yang “menyebar” atau berfikir heuristik, dengan harapan pemahaman mereka terhadap konsep itu tidak tunggal, monoton, dogmatik, atau linier.
2.      Teori Belajar Menurut Pask dan Scott
Pask dan scott juga termasuk penganut teori sibernetik. Menurut mereka ada dua macam cara berfikir, yaitu cara berfikir serialis dan cara berfikir wholist atau menyeluruh. Pendekatan serialis yang dikemukakannya memiliki kesamaan dengan pendekatan algoritmik. Namun apa yang dikatakan sebagai cara berfikir menyeluruh (wholist) tidak sama dengan cara berfikir heuristik. Bedanya, cara berfikir menyeluruh adalah berfikir yang cenderung melompat kedepan, langsung ke gambaran lengkap sebuah sistem informasi. Ibarat melihat lukisan, bukan detail-detail yang diamati lebih dahulu, melainkan seluruh lukisan itu sekaligus baru sesudah itu ke bagian-bagian yang lebih detail. Sedangkan cara berfikir heuristik yang dikemukakan oleh Landa adalah cara berfikir devergen mengarah kebeberapa aspek sekaligus (Budiningsih, 2005: 88).
Siswa tipe wholist atau menyeluruh biasanya dalam mempelajari sesuatu cenderung dilakukan dari tahap yang paling umum kemudian bergerak ke yang lebih khusus atau detail. Sedangkan siswa tipe serialist dalam mempelajari sesuatu cenderung menggunakan cara berfikir secara algoritmik.
Teori sibernetik sebagai teori belajar sering kali dikritik karena tidak secara langsung membahas tentang proses belajar sehingga menyulitkan dalam penerapan. Ulasan teori ini cenderung ke dunia psikologi dan informasi dengan mencoba melihat mekanisme kerja otak. Karena pengetahuan dan pemahaman akan mekanisme ini sangat terbatas maka terbatas pula kemampuan untuk menerapkan teori ini. Teori ini memandang manusia sebagai pengolah infomasi, pemikir, dan pencipta. Berdasarkan pandangan tersebut maka diasumsikan bahwa manusia merupakan mahluk yang mampu mengolah, menyimpan, dan mengorganisasikan informasi.
Asumsi diatas direfleksikan dalam model belajar dan pembelajaran yang menggambarkan proses mental dalam belajar yang terstuktur membentuk suatu sistem kegiatan mental. Dari model ini dikembangkan prinsip-prinsip belajar seperti:
1)      Proses mental dalam belajar terfokus pada pengetahuan yang bermakna.
2)      Proses mental tersebut mampu menyandi informasi secara bermakna.
3)      Proses mental bermuara pada pengorganisasian pengaktulisasian informasi.

C.       Aplikasi Teori Belajar Sibernetik dalam Pembelajaran
Teori belajar pengolahan informasi termasuk dalam lingkup teori kognitif yang mengemukakan bahwa belajar adalah proses internal yang tidak dapat diamati secara langsung dan merupakan perubahan kemampuan yang terikat pada situasi tertentu. Namun memori kerja manusia mempunyai kapasitas yang terbatas, oleh karena itu untuk mengurangi muatan memori kerja, perlu memperhatikan kapabilitas belajar, peristiwa pembelajaran, dan pengorganisasian atau urutan pembelajaran. Belajar bukan sesuatu yang bersifat alamiah, namun terjadi dengan kondisi-kondisi tertentu, yaitu kondisi internal dan kondisi eksternal. Sehubungan hal tersebut, maka pengelolaan pembelajaran dalam teori belajar sibernetik, menuntut pembelajaran untuk diorganisir dengan baik yang memperhatikan kondisi internal dan kondisi eksternal.
Kondisi internal peserta didik yang mempengaruhi proses belajar melalui proses pengolahan informasi, dan yang sangat penting untuk diperhatikan oleh seorang guru dalam mengelola pembelajaran antara lain:
1.      Kemampuan awal peserta didik
Kemampuan awal peserta didik yaitu peserta didik telah memiliki pengetahuan, atau keterampilan yang merupakan prasyarat sebelum mengikuti pembelajaran. Dengan adanya kemampuan prasyarat ini peserta didik diharapkan mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Kemampuan awal peserta didik dapat diukur melalui tes awal, interview, atau cara-cara lain yang cukup sederhana seperti melontarkan pertanyaan-pertanyaan.
2.      Motivasi
Motivasi berperan sebagai tenaga pendorong yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik lebih menguntungkan karena dapat bertahan lebih lama. Kebutuhan untuk berprestasi yang bersifat intrinsik cenderung relatif stabil, mereka ini berorientasi pada tugas-tugas belajar yang memberikan tantangan. Pendidik yang dapat mengetahui kebutuhan peserta didik untuk berprestasi dapat memanipulasi motivasi dengan memberikan tugas-tugas yang sesuai untuk peserta didik.
3.      Perhatian
Perhatian merupakan strategi kognitif untuk menerima dan memilih stimulus yang relevan untuk diproses lebih lanjut diantara sekian banyak stimulus yang datang dari luar. Perhatian dapat membuat peserta didik mengarahkan diri ketugas yang diberikan, melihat masalah-masalah yang akan diberikan, memilih dan memberikan fokus pada masalah yang akan diselesaikan, dan mengabaikan hal-hal lain yang tidak relevan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perhatian seseorang adalah faktor internal yang mencakup: minat, kelelahan, dan karakteristik pribadi. Sedangkan faktor eksternal mencakup: intensitas stimulus, stimulus yang baru, keragaman stimulus, warna, gerak dan penyajian stimulus secara berkala dan berulang-ulang.
4.      Persepsi
Persepsi merupakan proses yang bersifat kompleks yang menyebabkan orang dapat menerima atau meringkas informasi yang diperoleh dari lingkungannya. Persepsi sebagai tingkat awal struktur kognitif seseorang. Untuk membentuk persepsi yang akurat mengenai stimulus yang diterima serta mengembangkannya menjadi suatu kebiasaan perlu adanya latihan-latihan dalam bentuk berbagai situasi. Persepsi seseorang menjadi lebih mantap dengan meningkatnya pengalaman.
5.      Ingatan
Ingatan adalah suatu sistem aktif yang menerima, menyimpan, dan mengeluarkan kembali yang telah diterima seseorang. Ingatan sangat selektif, yang terdiri dari tiga tahap, yaitu ingatan sensorik, ingatan jangka pendek, dan ingatan jangka panjang yang relatif permanen. Penyimpanan informasi dalam jangka panjang dilakukan dalam berbagai bentuk, yaitu melalui kejadian-kejadian khusus (episodic), gambaran (image), atau yang berbentuk verbal bersifat abstrak. Daya ingat sangat menentukan hasil belajar yang diperoleh peserta didik.
6.      Lupa
Lupa merupakan hilangnya informasi yang telah disimpan dalam ingatan jangka panjang. Seseorang dapat melupakan informasi yang telah diperoleh karena memang tidak ada informasi yang menarik perhatian, kurang adanya pengulangan atau tidak ada pengelompokan informasi yang diperoleh, mengalami kesulitan dalam mencari kembali informasi yang telah disimpan, ingatan telah aus dimakan waktu atau rusak, ingatan tidak pernah dipakai, materi tidak dipelajari sampai benar-benar dikuasai, adanya gangguan dalam bentuk informasi lain yang menghambatnya untuk mengingat kembali.
7.      Retensi
Retensi adalah apa yang tertinggal dan dapat diingat kembali setelah seseorang mempelajari sesuatu, jadi kebalikan lupa. Apabila seseorang belajar, setelah beberapa waktu apa yang dipelajarinya akan banyak dilupakan, dan apa yang diingatnya akan berkurang jumlahnya. Ada tiga faktor yang mempengaruhi retensi, yaitu: materi yang dipelajari pada permulaan (original learning), belajar melebihi penguasaan (over learning), dan pengulangan dengan interval waktu (spaced review).
8.      Transfer
Transfer merupakan suatu proses yang telah pernah dipelajari, dapat mempengaruhi proses dalam mempelajari materi yang baru. Transfer belajar atau transfer latihan berarti aplikasi atau pemindahan pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, sikap, atau respon-respon lain dari satu situasi kesituasi lain.
Kondisi eksternal yang sangat berpangaruh terhadap proses belajar dengan proses pengolahan informasi antara lain:
1.      Kondisi belajar
Kondisi belajar dapat menyebabkan adanya modifikasi tingkah laku yang dapat dilihat sebagai akibat dari adanya proses belajar. Cara yang ditempuh pendidik untuk mengelola pembelajaran sangat bervariasi tergantung pada kondisi belajar yang diharapkan. Gagne (dalam Budiningsih, 2008: 89) mengklasifikasikan ada lima macam hasil belajar, yakni: (a) keterampilan intelektual, atau pengetahuan prosedural yang mencakup belajar diskriminasi, konsep, prinsip, dan pemecahan masalah yang diperoleh melalui materi yang disajikan dalam pembelajaran di kelas. (b) strategi kognitif, kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru dengan jalan mengatur proses internal masing-masing individu dalam memperhatikan belajar, mengingat, dan berfikir. (c) informasi verbal, kemampuan untuk mendeskripsikan sesuatu dengan kata-kata dengan jalan mengatur informasi-informasi yang relevan. (d) keterampilan motorik, kemampuan untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan gerakan-gerakan yang berhubungan dengan otot. (e) sikap, suatu kemampuan internal yang mempengaruhi perilaku seseorang, dan didasari oleh emosi, kepercayaan, serta faktor intelektual.
2.      Tujuan belajar
Tujuan belajar merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat penting, sebab komponen-komponen lain dalam pembelajaran harus bertolak dari tujuan belajar yang hendak dicapai dalam proses belajarnya. Tujuan belajar yang dinyatakan secara spesifik dapat mengarahkan proses belajar, dapat mengukur tingkat ketercapaian tujuan belajar, dan dapat meningkatkan motivasi belajar.
3.      Pemberian umpan balik
Pemberian umpan balik merupakan suatu hal yang sangat penting bagi peserta didik, karena memberikan informasi tentang keberhasilan, kegagalan, dan tingkat kompetensinya.

Berdasarkan deskripsi proses pengolahan informasi yang terjadi merupakan interaksi faktor internal dan eksternal dari peserta didik, maka aplikasi pengelolaan kegiatan pembelajaran berbasis teori sibernetik yang baik untuk dilakukan bagi pendidik agar dapat memperlancar proses belajar peserta didik adalah sebagai berikut:
1.      Menarik perhatian.
2.      Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa.
3.      Merangsang ingatan pada prasyarat belajar.
4.      Menyajikan bahan perangsang.
5.      Memberikan bimbingan belajar.
6.      Mendorong unjuk kerja.
7.      Memberikan balikan informatif.
8.      Menilai unjuk kerja.
9.      Meningkatkan retensi dan alih belajar (Budiningsih, 2008: 90).

Menurut Suciati dan Irawan (dalam Budiningsih, 2008: 92) aplikasi teori belajar sibernetik dalam kegiatan pembelajaran baik diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran.
2.      Menentukan materi pembelajaran.
3.      Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran.
4.      Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut.
5.      Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya.
6.      Menyajikan materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran.

D.       Kelebihan dan Kelemahan Teori Belajar Sibernetik
Kelebihan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi adalah:
1.      Cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.
2.      Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis.
3.      Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap.
4.      Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai.
5.      Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya.
6.      Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing individu.
7.      Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.

Sedangkan kelemahan dari teori ssibernetik adalah terlalu menekankan pada sistem informasi yang dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar.

E.       Model Pembelajaran yang Sesuai dengan Aliran Sibernetik
Menurut teori sibernetik dikatakan proses belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari.
Hal ini diasumsikan bahwa tidak ada satu proses belajarpun  yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sisitem informasi.
Maka dari itu pemilihan model sebagai sarana pengolahan informasi harus melihat karakteristik siswa yang dihadapi.
Contoh : Materi segiempat (SMP kelas VIII) diajarkan menggunakan model Jigsaw jika karakter peserta didik bisa bekerja secara mandiri, namun lebih baik menggunakan STAD jika siswanya belum bisa bekerja secara mandiri.
Model pembelajaran yang sesuai dengan aliran sibernetik, antara lain:
a.       Model pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
Dalam pembelajaran kooperatif, guru memberikan stimulus berupa kuis atau pertanyaan-pertanyaan sebagai tes kemampuan prasyarat siswa, sehingga siswa aktif berfikir. Dan belajar menurut sibernetik adalah pengolahan informasi oleh siswa. Pengolahan informasi ini terjadi karena adanya stimulus dari guru yang berupa informasi.
b.      Model pembelajaran open ended
Tujuan dari pembelajaran open-ended menurut Nohda (dalam Suherman, 2003: 124) ialah untuk membantu mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa melalui problem solving secara simultan. Dengan kata lain, kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa. Hal yang harus digarisbawahi adalah perlunya memberi kesempatan siswa untuk berfikir dengan bebas sesuai dengan minat dan kemampuannya. Aktivitas kelas yang penuh dengan ide-ide matematika ini pada gilirannya akan memacu kemampuan berfikir tingkat tinggi siswa.
Ini sejalan dengan hakekat manajemen pembelajaran berdasarkan teori belajar sibernetik adalah usaha guru untuk membantu siswa mencapai tujuan belajarnya secara efektif dengan cara memfungsikan unsur-unsur kognisi siswa, terutama unsur pikiran untuk memahami stimulus dari luar melalui proses pengolahan informasi.

F.        Perbandingan Aliran Sibernetik, Behavioristik, Kognitif, dan Humanistik
Tabel  berikut  menyajikan  secara  singkat  hubungan  antara  teori  belajar dan penerapannya dalam praktik pembelajaran.
Teori Belajar
Karakteristik teori


Langkah penerapan dalam pembelajaran


Teori Belajar
Behaviorisme
/ tingkah laku (1950-1960)


Tokohnya:
Thorndike
Pavlov
Watson
Gutrie
Skinner



















































·    Belajar adalah perubahan
tingkah laku.

·   Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu bila ia mampu
menunjukkan perubahan
tingkah laku.

·    Pada   teori ini, yang terpenting adalah masukan/input yang
berupa stimulus dan
keluaran/output yang berupa
respons.
Sedangkan apa yang terjadi
diantara stimulus dan respons
itu dianggap tak penting
diperhatikan sebab tidak bisa
diamati.
Yang bisa diamati hanyalah
stimulus dan respons


·      Menentukan tujuan-tujuan instruksional
·      Menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk mengidentifikasikan "entry behavior" mahasiswa (pengetahuan awal mahasiswa)
·      Menentukan materi pelajaran (pokok bahasan, topik dan sebagainya)
·      Memecah materi pelajaran menjadi bagian
kecil-kecil (sub pokok bahasan, sub topik,
dan sebagainya)
·      Menyajikan materi pelajaran
·      Memberikan stimulus yang mungkin berupa :
o   pertanyaan (lisan atau tertulis)
o   tes
o   latihan
o   tugas-tugas.
·      Mengamati dan mengkaji respon yang
diberikan.
·      Memberikan penguatan/reinforcement
(mungkin penguatan positif ataupun
penguatan negatif)
·      Memberikan stimulus baru
·      Mengamati dan mengkaji respon yang
diberikan (mengevaluasi hasil belajar)
·      Memberikan penguatan
dan seterusnya.

Teori belajar
kognitivisme

Mulai dikenal di AS th.1950, namun disebarluaskan th.1960




·      Belajar adalah
perubahan persepsi dan
pemahaman.

·      Perubahan persepsi dan
pemahaman tidak selalu
berbentuk perubahan
tingkah laku yang bisa
diamati.
Setiap orang telah
mempunyai pengalaman
dan pengetahuan di
dalam dirinya


Tokohnya :

a)   Teori
perkembangan
Piaget



Hanya dengan mengaktifkan mahasiswa, maka proses asimilasi /akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.




·      Menentukan tujuan-tujuan
·      Memilih materi pelajaran
·      Menentukan topik-topik instruksional yang mungkin dipelajari secara aktif oleh mahasiswa (dengan bimbingan minimum dari dosen)
·      Menentukan dan merancang kegiatan belajar yang cocok untuk topik-topik yang akan dipelajari mahasiswa. (Kegiatan belajar ini biasanya berbentuk eksperimentasi, problem solving, roleplay, dan sebaianya).
·      Mempersiapakan berbagai pertanyaan yang dapat memacu kreatifitas mahasiswa untuk berdiskusi atau bertanya).
·      Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

(b) Teori
Kognitif Bruner














Teori ini sangat membebaskan mahasiswa untuk belajar sendiri.
Karena itu teori Bruner sangat cenderung discovery

·      Menentukan tujuan-tujuan instruksional
·      Memilih materi pelajaran
·      Menentukan topik-topik yang bisa dipelajari oleh mahasiswa
·      Mencari contoh-contoph, tugas. Ilustrasi dsbnya yang dapat digunakan mahasiswa untuk belajar
·      Mengatur topik-topik pelajaran   sedemikia rupa sehingga urutan topik   itu bergerak dari yang paling konkrit   ke yang abstrak, dari yang sederhana ke yang kompleks.
·      Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

c) Teori
Bermakna
Ausubel
Dalam aplikasinya menuntut mahasiswa belajar secara deduktif
(dari umum ke khusus) dan lebih mementingkan aspek struktur kognitif mahasiswa.

·      Menentukan tujuan-tujuan instruksional
·      Mengukur kesiapan mahasiswa (minat, kemampuan, stuktur kognitif), baik melalui tes awal, interview, review, pertanyaan dan lain lain.
·      Memilih materi pelajaran dan mengaturnya dalam bentuk penyajian konsep-konsep kunci
·      Mengidentifikasinkan prinsip-prinsip yang harus dikuasai mahasiswa dari materi tersebut
·      Menyajikan suatu pandangan secara  menyeluruh tentang apa yang harus dipelajari
·      Membuat dan menggunakan "advanced organizer" paling tidak dengan cara membuat rangkuman terhadap materi yang baru saja diberikan, dilengkapi dengan uraian singkat yang menunjukkan relevansi (kerterkaitan) materi yang sudah diberikan dengan materi baru yang akan diberikan
·      Mengajar mahasiswa medmahami konsep- konsep dan prionsip-prinsip yang sudah ditentukan, dengan memberi fokus pada hubungan yang terjalin antara konsep-konsep yang ada
·      Mengevaluasi proses dan hasil belajar.

Teori Belajar
Humanistik
Belajar adalah untuk
memanusiakan manusia
.

Tokohnya : Carl Rogers
·    Proses belajar dianggap berhasil jika si belajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
·    Si belajar dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya.

·     Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
·     Menentukan materi pelajaran
·     Mengidentifikasikan topik-topik yang memungkinkan mahasiswa mempelajarai secara aktif ("mengalamai")
·     Mendesain wahana (lingkungan, media, fasilitas, dsb) yang akan digunakan mahasiswa untuk belajar
·     Membimbing mahasiswa memahami hakikat makna dari pengalaman belajar mereka
·     Membimbing mahasiswa membuat konseptualisasi pengalaman tersebut
·     Membimbing mahasiswa sampai mereka mampu mengaplikasikan konsep-konsep baru ke situasi yang baru
·     Mengevaluasi proses dan hasil belajar mahasiswa


Teori Belajar
Sibernetik

Tokohnya :
1. Landa
2. Pask dan Scott






·    Menurut teori ini yang terpenting adalah "sistem informasi" dari apa yang akan dipelajari siswa.
·    Sedangkan bagaimana proses belajar yang akan berlangsung , akan sangat ditentukan oleh sistem informasi ini.
·    Teori ini berasumsi, bahwa tidak ada satu pun jenis cara belajar yang ideal untuk segala situasi. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi



·      Menentukan tujuan-tujuan pembelajaran
·      Menentukan materi pelajaran
·      Mengkaji sistem informasi yang terkandung dalam materi tersebut
·      Menentukan pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi, apakah algoritmik (menuntut mahasiswa untuk berpikur secara sistematis, tahap demi tahap, linier, lurus menuju suatu target tertentu)   ataukah heuristik (menuntut mahasiswa berpikir secara divergen, menyebar ke beberapa target sekaligus)
·      Menyusun materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya
·      Menyajikan materi dan membimbing mahasiswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan materi pelajaran.
·         Mengevaluasi proses dan hasil belajar mahasiswa




















BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
1.      Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi.
2.      Asumsi lain dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa.
3.      teori tentang komponen struktural dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol) antara lain:
a)    Sensory Receptor (SR)
b)   Working Memory (WM)
c)    Long Term Memory (LTM)
4.      Teori Belajar Menurut Landa
Ada dua macam proses berfikir yaitu proses berfikir algoritmik dan proses berfikir heuristik.
5.      Teori Belajar Menurut Pask dan Scott
Ada dua macam cara berfikir, yaitu cara berfikir serialis dan cara berfikir wholist atau menyeluruh.
6.      Kelebihan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan informasi adalah cara berfikir yang berorientasi pada proses lebih menonjol.
7.      Kelemahan dari teori ssibernetik adalah terlalu menekankan pada sistem informasi yang dipelajari, dan kurang memperhatikan bagaimana proses belajar.
B.     Saran
Situasi stimulus yang hendak direspon oleh siswa harus disampaikan sedekat mungkin waktunya dengan respon yang diinginkan atau keterdekatan. Situasi stimulus dan responnya perlu diulang-ulang atau dipraktekkan agar belajar dapat diperbaiki dan meningkatkan retensi belajar atau pengulangan.





DAFTAR PUSTAKA
Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
                              2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Suherman, Erman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia
Arqam, Mhd Lailan. 2010. Pengembangan Multimedia Pembelajaran pada Mata Pelajaran Kemuhammadiyahan bagi Siswa Kelas I Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta. http://digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/164693008201010201.pdf, diakses pada 14 oktober 2011